Selasa, 24 Mei 2011
Doa sujud tilawah
اللَّهُمَّ اكْتُبْ لِي بِهَا عِنْدَكَ أَجْرًا , وَضَعْ عَنِّي بِهَا وِزْرًا , وَاجْعَلْهَا لِي عِنْدَكَ ذُخْرًا , وَتَقَبَّلْهَا مِنِّي كَمَا تَقَبَّلْتَهَا مِنْ عَبْدِكَ دَاوُدَ
Sudahkah Engkau Mengenal Tuhan-mu?
Oleh Al-Ustadz Armen Halim Naro, Lc. Rahimahullahu Ta’ala*)
Manusia dalam perjalanannya sebagai hamba Allah harus memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan ilmu dan kekuatan amal. Seperti orang yang sedang berjalan dengan kendaraannya pada kegelapan malam, maka ilmu sebagai lentera dan rambu yang akan menerangi jalan menuju tujuannya. Semakin dalam ilmunya, semakin terang pula jalan yang akan ia lalui. Sebaliknya, semakin jauh ia dari ilmu semakin gelap juga jalan kebenaran baginya. Sedangkan amal adalah motor yang mengerakkannya ke depan.
Semulia-mulia ilmu adalah ilmu mengenal Allah yaitu ilmu tentang tauhid kepada Allah, karena mulia atau tidaknya suatu ilmu sesuai dengan sesuatu yang hendak diketahui. Jika hal yang berkaitan dengan mencuri maka kehinaan ilmu itu sesuai pula dengan pekerjaan itu, begitu juga dengan ilmu dunia maka kemuliaannya sesuai pula dengan kedudukan dunia itu sendiri.
Dalam ilmu dien (agama), kemuliaan fiqih karena dengannya diketahui hukum-hukum syari’at, kemudian ilmu hadits disebabkan dengannya diketahui segala perilaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan ilmu tauhid dengannya kita dapat mengenal Allah. Adakah yang lebih besar dari mengenal Allah?! Adakah yang lebih besar persaksian dan bukti melainkan bukti dna persaksian tentang Allah?! Allah berfirman yang artinya:
“Katakannlah: ‘Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?’ Katakanlah: ‘Allah’…” (QS. Al-An’am: 19)
Adapun mengenal Allah ialah dalam tiga hal, yaitu: mengenal Allah delam rububiyyah-Nya, mengenal Allah dalam uluhiyyah-Nya, dan mengenal Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dan itulah tiga tauhid yang wajib diketahui oleh setiap muslim.
Tauhid Rububiyyah
Tauhid rububiyyah ialah mentauhidkan dan mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya. Maka tidak ada pencipta, pemberi rezeki, pemberi manfaat dan mudharat, pengasih dan penyayang, kecuali Allah. Dialah satu-satunya Pencipta alam, Pengatur alam semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Maha Kuasa atas segala sesuatu yang menggantikan siang dan malam. Semua merupakan perbuatan Allah.
“Katakannlah: ‘Wahai Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dna Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau mesukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)’.” (QS. Ali Imran: 26-27)
Ketika seorang hamba meyakini ada yang mencipta atau memberi rezeki selain dari Allah, berarti ia telah berbuat syirik. Perhatikan firman Allah Ta’ala dalam hal ini yang artinya:
“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah…” (QS. Luqman:11)
“Atau siapakah dia yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya?…” (QS. Al-Mulk: 21)
Pengenalan seorang hamba kepada tauhid rububiyyah ini merupakan fithrah yang telah digoreskan ke dalam sanubarinya. Bahkan sampai pada hewan dan binatang, tidak ada yang menyangkalnya.
“Berkata rasul-rasul mereka: ‘Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?’…” (QS. Ibrahim: 10)
Sampai Fir’aun sekalipun memiliki fithrah ini.
“Musa menjawab: ‘Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata’…” (QS. Al-Isra’: 102)
Oleh karena itu, keyakinan terhadap tauhid rububiyyah belum memasukkan seseorang ke dalam Islam. Bukan demi hal itu (tauhid rububiyyah, -red) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerangi Abu lahab dan Abu Jahal beserta kaum Quraisy. Bukan hal itu pula yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terusir dari Makkah, dilempari batu, luka wajahnya?! Poros pertikaian dan inti perselisihan antara para nabi dengan umatnya adalah dalam tauhid kedua yaitu tauhid uluhiyyah.
Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam perbuatan hamba kepada Allah dengan niat mendekatkan diri kepada-Nya. Sekiranya Allah yang mencipta, yang memberi, mengapa yang disembah justru sesuatu yang lainnya?! Sekiranya Allah yang memberi manfaat dan mudharat mengapa harus berharap, takut dan cemas kepada selain-Nya?! Sikap dan perbuatan seperti itu benar-benar tidak adil…sebuah kedzaliman yang nyata. Itulah syirik.
Zaid bin Amr bin Nufail, salah seorang penganut ajaran hanif di Makkah, menomentari sembelihan Quraisy: “Ini kambing, Allah yang menciptakan, Dia pula yang menueunkan hujan dan menumbuhkan rumputnya, lalu kalian menyembelihnya untuk selain nama Allah?!!” (HR. Bukhari: 3540)
Itulah cara berpikir orang-orang musyrik, tidak memposisikan Allah sesuai dengan kadar dan keagungan-Nya. Celakalah mereka!! Ke mana akal yang telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta?! Di mana fithrah yang suci yang ada dalam dada?!! Mereka berkata:
“Mengapa ia menjadikan Ilah (Dzat yang diibadahi) hanya satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang mengherankan.” (QS Shad: 5)
Mereka merasa aneh ketika para nabi memerintahkan untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan mereka kepada Allah, bahwa tidak ada do’a, puasa, sujud, dan nadzar kecuali kepada Allah. Tidak ada yang ditakuti, diharapkan, dan dicintai kecuali hanya Allah! Tidak ada khusyu’, tawakkal, merendah diri kecuali hanya kepada Allah!
Tauhid Uluhiyyah Inti Dakwah Para Rasul
Tauhid uluhiyyah disebut juga tauhid ibadah, karena mengesakan Allah dalam ibadah seorang hamba. Tauhid uluhiyyah adalah inti dakwah para rasul, semenjak nabi Nuh hingga nabi akhir zaman. Dan ia jalan dan metode dakwah setiap penyeru kebenaran pada setiap tenpat dan zaman. Allah berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah taghut itu’…” (QS. An-Nahl: 36)
Dalam tauhid inilah berkecamuk peperangan antara para nabi dengan kaumnya, sehingga mereka menjadi dua kelompok yang saling bertikai, satu kelompok Allah dan satu kelompok setan. Karena tidak mengertinya manusia tentang hakikat penciptaan. Allah berfirman yang artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Berkata Syaikhul Islam: “Ketahuilah bahwa kefakiran seorang hamba kepada Allah agar ia mengibadahi-Nya dan tidak menyekutui-Nya dengan apapun. Tidak ada percontohan dario kebutuhan tersebut sehingga ia dapat dikiaskan. Akan tetapi dapatlah diserupakan dalam beberapa segi dengan kebutuhan seseorang dengan makan dan minum. Sekalipun antara keduanya terdapat perbedaan yang besar. Karena hakikat seorang hamba adalah hati dan ruhnya dan ia tidak akan baik hidupnya kecuali dengan Ilah-nya yaitu Allah yang tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah. Maka, tidak ada ketenangan di dunia kecuali berdzikir kepada-Nya. Ia berletih berpeluh dan akan bertemu dengan-Nya dan tidak ada kebaikan bagi dirinya kecuali harus bertemu dengan-Nya. Sekiranya seorang hamba memperoleh kelezatan dan kebahagiaan selain Allah, niscaya iatidak kekal, karena ia akan berpindah-pindah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, dari individu kepada individu yang lain. Dalam satu waktu ia bisa merasa nikmat dengannya akan tetapi pada waktu yang lain ia tidak akan merasakan nikmatnya, bahkan kadang-kadang menyusahkan dirinya akibat hubungannya dengan sesuatu tersebut atau keberasaan sesuatu tersebut di sisinya. Adapun Ilah-nya maka ia sangat membutuhkan-Nya pada setiap keadaan dan waktu.” (Lihat Majmu’ Fatawa 1/24)
Tauhid Asma’ dan Sifat
Yaitu beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah, sebagaimana yang diterngkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya, tanpa takwil, ta’thil (menghilangkan makna atau sifat Allah), takyif (bertanya tentang hakikat dna sifat-Nya dengan kata: “Bagamana”), dna tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Allah berfirman yang artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan Dialah Ynag Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11)
Dengan mengetahui nama dan sifat Allah, seorang hamba dapat bermu’amalah dengan Allah dalam ibadahnya. Dan tidak akan sempurnya seseorang dalam mengenal Allah kecuali ia harus menganut madzhab Ahlus Sunnah dalam aqidah terutama tentang asma’ wa shifat, yang mana sebagai tempat yang sering menggelincirkan kelompok-kolompok di luar Ahlus Sunnah.
Bagaimana ia beribdah dengan baik, sekiranya ia berkeyakinan seperti keyakinan kelompok Jahmiyyah yang mengatakan bahwa Allah tidak di luar dan tidak di dalam dan seterusnya, mereka samakan Allah dengan sesuatu yang tidak ada.
Bagaimana ia beribadah dengan baik sekiranya ia mengatakan Allah tidak bersemayam di atas ‘arsy akan tetapi maksudnyamenguasai ‘arsy. Sehingga dengan demikian ia menyatakan bahwa ‘arsy dahulu dikuasai oleh sesuatu lalu baru dikuasai oleh Allah. Kita berlindung dari apa yang mereka sifati!!
Sedangkan Ahlus Sunnah meyakini dalam masalah nama dan sifat Allah yaitu meyakini dna menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya dari nama dan sifat-sifat-Nya dengan tidak mentakwilnya dan mentakyif atau mentamtsilnya.
Berkata Imam Ahmad rahimahullah: “Tidaklah seseorang menyifati Allah kecuali dengan apa yang disifati oleh-Nya untuk diri-Nya atau apa yang disifati Rasul-Nya serta tidak boleh melanggar al-Qur’an dna hadits.” (Lihat Kitab Tauhid 1/98 edisi terjemah penerbit Darul Haq)
Semoga Allah menunjukkan kita ke jalan yang lurus. Amin.
[Disalin dari tulisan Ustadz Armen Halim Naro, Lc. Rahimahullah dari majalah al-Mawaddah, edisi 2 tahun ke-1 (1428/2007) ]
*) Semoga Allah menerima semua amalan guru kita tercinta, Ustadz Armen Halim Naro, Lc. rahimahullah, yang telah berpulang menghadap Rabb-nya pada tanggal 26 November 2007. Dan semoga jerih payahnya dalam mendakwahkan manhaj yang haq ini menjadi pemberat timbangan amalnya di akhirat nanti. Do’a dari antum semua Insya Allah bermanfaat buat beliau rahimahullah. Amin.
Manusia dalam perjalanannya sebagai hamba Allah harus memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan ilmu dan kekuatan amal. Seperti orang yang sedang berjalan dengan kendaraannya pada kegelapan malam, maka ilmu sebagai lentera dan rambu yang akan menerangi jalan menuju tujuannya. Semakin dalam ilmunya, semakin terang pula jalan yang akan ia lalui. Sebaliknya, semakin jauh ia dari ilmu semakin gelap juga jalan kebenaran baginya. Sedangkan amal adalah motor yang mengerakkannya ke depan.
Semulia-mulia ilmu adalah ilmu mengenal Allah yaitu ilmu tentang tauhid kepada Allah, karena mulia atau tidaknya suatu ilmu sesuai dengan sesuatu yang hendak diketahui. Jika hal yang berkaitan dengan mencuri maka kehinaan ilmu itu sesuai pula dengan pekerjaan itu, begitu juga dengan ilmu dunia maka kemuliaannya sesuai pula dengan kedudukan dunia itu sendiri.
Dalam ilmu dien (agama), kemuliaan fiqih karena dengannya diketahui hukum-hukum syari’at, kemudian ilmu hadits disebabkan dengannya diketahui segala perilaku Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan ilmu tauhid dengannya kita dapat mengenal Allah. Adakah yang lebih besar dari mengenal Allah?! Adakah yang lebih besar persaksian dan bukti melainkan bukti dna persaksian tentang Allah?! Allah berfirman yang artinya:
“Katakannlah: ‘Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?’ Katakanlah: ‘Allah’…” (QS. Al-An’am: 19)
Adapun mengenal Allah ialah dalam tiga hal, yaitu: mengenal Allah delam rububiyyah-Nya, mengenal Allah dalam uluhiyyah-Nya, dan mengenal Allah dalam nama dan sifat-Nya. Dan itulah tiga tauhid yang wajib diketahui oleh setiap muslim.
Tauhid Rububiyyah
Tauhid rububiyyah ialah mentauhidkan dan mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya. Maka tidak ada pencipta, pemberi rezeki, pemberi manfaat dan mudharat, pengasih dan penyayang, kecuali Allah. Dialah satu-satunya Pencipta alam, Pengatur alam semesta, Dia yang mengangkat dan menurunkan, Maha Kuasa atas segala sesuatu yang menggantikan siang dan malam. Semua merupakan perbuatan Allah.
“Katakannlah: ‘Wahai Allah yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dna Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau mesukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezeki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)’.” (QS. Ali Imran: 26-27)
Ketika seorang hamba meyakini ada yang mencipta atau memberi rezeki selain dari Allah, berarti ia telah berbuat syirik. Perhatikan firman Allah Ta’ala dalam hal ini yang artinya:
“Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah…” (QS. Luqman:11)
“Atau siapakah dia yang memberi kamu rezeki jika Allah menahan rezeki-Nya?…” (QS. Al-Mulk: 21)
Pengenalan seorang hamba kepada tauhid rububiyyah ini merupakan fithrah yang telah digoreskan ke dalam sanubarinya. Bahkan sampai pada hewan dan binatang, tidak ada yang menyangkalnya.
“Berkata rasul-rasul mereka: ‘Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?’…” (QS. Ibrahim: 10)
Sampai Fir’aun sekalipun memiliki fithrah ini.
“Musa menjawab: ‘Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan mukjizat-mukjizat itu kecuali Rabb yang memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata’…” (QS. Al-Isra’: 102)
Oleh karena itu, keyakinan terhadap tauhid rububiyyah belum memasukkan seseorang ke dalam Islam. Bukan demi hal itu (tauhid rububiyyah, -red) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerangi Abu lahab dan Abu Jahal beserta kaum Quraisy. Bukan hal itu pula yang membuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terusir dari Makkah, dilempari batu, luka wajahnya?! Poros pertikaian dan inti perselisihan antara para nabi dengan umatnya adalah dalam tauhid kedua yaitu tauhid uluhiyyah.
Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dalam perbuatan hamba kepada Allah dengan niat mendekatkan diri kepada-Nya. Sekiranya Allah yang mencipta, yang memberi, mengapa yang disembah justru sesuatu yang lainnya?! Sekiranya Allah yang memberi manfaat dan mudharat mengapa harus berharap, takut dan cemas kepada selain-Nya?! Sikap dan perbuatan seperti itu benar-benar tidak adil…sebuah kedzaliman yang nyata. Itulah syirik.
Zaid bin Amr bin Nufail, salah seorang penganut ajaran hanif di Makkah, menomentari sembelihan Quraisy: “Ini kambing, Allah yang menciptakan, Dia pula yang menueunkan hujan dan menumbuhkan rumputnya, lalu kalian menyembelihnya untuk selain nama Allah?!!” (HR. Bukhari: 3540)
Itulah cara berpikir orang-orang musyrik, tidak memposisikan Allah sesuai dengan kadar dan keagungan-Nya. Celakalah mereka!! Ke mana akal yang telah dianugerahkan oleh Sang Pencipta?! Di mana fithrah yang suci yang ada dalam dada?!! Mereka berkata:
“Mengapa ia menjadikan Ilah (Dzat yang diibadahi) hanya satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang mengherankan.” (QS Shad: 5)
Mereka merasa aneh ketika para nabi memerintahkan untuk mentauhidkan Allah dalam perbuatan mereka kepada Allah, bahwa tidak ada do’a, puasa, sujud, dan nadzar kecuali kepada Allah. Tidak ada yang ditakuti, diharapkan, dan dicintai kecuali hanya Allah! Tidak ada khusyu’, tawakkal, merendah diri kecuali hanya kepada Allah!
Tauhid Uluhiyyah Inti Dakwah Para Rasul
Tauhid uluhiyyah disebut juga tauhid ibadah, karena mengesakan Allah dalam ibadah seorang hamba. Tauhid uluhiyyah adalah inti dakwah para rasul, semenjak nabi Nuh hingga nabi akhir zaman. Dan ia jalan dan metode dakwah setiap penyeru kebenaran pada setiap tenpat dan zaman. Allah berfirman yang artinya:
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah taghut itu’…” (QS. An-Nahl: 36)
Dalam tauhid inilah berkecamuk peperangan antara para nabi dengan kaumnya, sehingga mereka menjadi dua kelompok yang saling bertikai, satu kelompok Allah dan satu kelompok setan. Karena tidak mengertinya manusia tentang hakikat penciptaan. Allah berfirman yang artinya:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Berkata Syaikhul Islam: “Ketahuilah bahwa kefakiran seorang hamba kepada Allah agar ia mengibadahi-Nya dan tidak menyekutui-Nya dengan apapun. Tidak ada percontohan dario kebutuhan tersebut sehingga ia dapat dikiaskan. Akan tetapi dapatlah diserupakan dalam beberapa segi dengan kebutuhan seseorang dengan makan dan minum. Sekalipun antara keduanya terdapat perbedaan yang besar. Karena hakikat seorang hamba adalah hati dan ruhnya dan ia tidak akan baik hidupnya kecuali dengan Ilah-nya yaitu Allah yang tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah. Maka, tidak ada ketenangan di dunia kecuali berdzikir kepada-Nya. Ia berletih berpeluh dan akan bertemu dengan-Nya dan tidak ada kebaikan bagi dirinya kecuali harus bertemu dengan-Nya. Sekiranya seorang hamba memperoleh kelezatan dan kebahagiaan selain Allah, niscaya iatidak kekal, karena ia akan berpindah-pindah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, dari individu kepada individu yang lain. Dalam satu waktu ia bisa merasa nikmat dengannya akan tetapi pada waktu yang lain ia tidak akan merasakan nikmatnya, bahkan kadang-kadang menyusahkan dirinya akibat hubungannya dengan sesuatu tersebut atau keberasaan sesuatu tersebut di sisinya. Adapun Ilah-nya maka ia sangat membutuhkan-Nya pada setiap keadaan dan waktu.” (Lihat Majmu’ Fatawa 1/24)
Tauhid Asma’ dan Sifat
Yaitu beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allah, sebagaimana yang diterngkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya, tanpa takwil, ta’thil (menghilangkan makna atau sifat Allah), takyif (bertanya tentang hakikat dna sifat-Nya dengan kata: “Bagamana”), dna tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Allah berfirman yang artinya:
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya dan Dialah Ynag Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura: 11)
Dengan mengetahui nama dan sifat Allah, seorang hamba dapat bermu’amalah dengan Allah dalam ibadahnya. Dan tidak akan sempurnya seseorang dalam mengenal Allah kecuali ia harus menganut madzhab Ahlus Sunnah dalam aqidah terutama tentang asma’ wa shifat, yang mana sebagai tempat yang sering menggelincirkan kelompok-kolompok di luar Ahlus Sunnah.
Bagaimana ia beribdah dengan baik, sekiranya ia berkeyakinan seperti keyakinan kelompok Jahmiyyah yang mengatakan bahwa Allah tidak di luar dan tidak di dalam dan seterusnya, mereka samakan Allah dengan sesuatu yang tidak ada.
Bagaimana ia beribadah dengan baik sekiranya ia mengatakan Allah tidak bersemayam di atas ‘arsy akan tetapi maksudnyamenguasai ‘arsy. Sehingga dengan demikian ia menyatakan bahwa ‘arsy dahulu dikuasai oleh sesuatu lalu baru dikuasai oleh Allah. Kita berlindung dari apa yang mereka sifati!!
Sedangkan Ahlus Sunnah meyakini dalam masalah nama dan sifat Allah yaitu meyakini dna menetapkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya dari nama dan sifat-sifat-Nya dengan tidak mentakwilnya dan mentakyif atau mentamtsilnya.
Berkata Imam Ahmad rahimahullah: “Tidaklah seseorang menyifati Allah kecuali dengan apa yang disifati oleh-Nya untuk diri-Nya atau apa yang disifati Rasul-Nya serta tidak boleh melanggar al-Qur’an dna hadits.” (Lihat Kitab Tauhid 1/98 edisi terjemah penerbit Darul Haq)
Semoga Allah menunjukkan kita ke jalan yang lurus. Amin.
[Disalin dari tulisan Ustadz Armen Halim Naro, Lc. Rahimahullah dari majalah al-Mawaddah, edisi 2 tahun ke-1 (1428/2007) ]
*) Semoga Allah menerima semua amalan guru kita tercinta, Ustadz Armen Halim Naro, Lc. rahimahullah, yang telah berpulang menghadap Rabb-nya pada tanggal 26 November 2007. Dan semoga jerih payahnya dalam mendakwahkan manhaj yang haq ini menjadi pemberat timbangan amalnya di akhirat nanti. Do’a dari antum semua Insya Allah bermanfaat buat beliau rahimahullah. Amin.
Seramnya Pemikiran Ahmadiyah
tidak henti-henti orang yang membenci Islam menebarkan pemikiran yang menyimpang, dengan harapan kita terjauh dari hidayah sunnah yang mulia. Berhati-hatilah kepada mereka, karena hal tersebut dapat menyesatkan kita ke jurang yang penuh kenistaan di neraka.
Inilah diantara pemikiran yang sungguh menyeramkan itu …
Meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan.
Meyakini bahwa Allah berpuasa dan melaksanakan shalat, tidur dan mendengkur, menulis dan menyetempel, melakukan kesalahan dan berjimak. Mahatinggi Allah setinggi-tingginya dari apa yang mereka yakini.
Keyakinan Ahmadiyah bahwa tuhan mereka adalah Inggris, karena dia berbicara dengannya menggunakan bahasa Inggris.
Berkeyakinan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Mirza Ghulam Ahmad, dan memberikan wahyu dengan diilhamkan sebagaimana Al-Qur’an.
Menghilangkan aqidah/syariat jihad dan memerintahkan untuk mentaati pemerintah Inggris, karena menurut mereka pemerintah Inggris adalah waliyul amri (pemerintah Islam) sebagaimana tuntunan Al-Qur’an.
Seluruh orang Islam menurut mereka kafir sampai mau bergabung dengan Ahmadiyah. Seperti bila ada laki-laki atau perempuan dari golongan Ahmadiyah yang menikah dengan selain pengikut Ahmadiyah, maka dia kafir.
Membolehkan khamer, opium, ganja dan apa saja yang memabukkan.
Mereka meyakini bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi terus ada. Allah mengutus rasul sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Dan Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling utama dari para nabi yang lain.
Mereka mengatakan bahwa tidak ada Al-Qur’an selain apa yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad. Dan tidak ada Al-Hadits selain apa yang disampaikan di dalam majelis Mirza Ghulam Ahmad. Serta tidak ada nabi melainkan berada di bawah pengaturan Mirza Ghulam Ahmad.
Meyakini bahwa kitab suci mereka diturunkan (dari langit), bernama Al-Kitab Al-Mubin, bukan Al-Qur’an Al-Karim yang ada di tangan kaum muslimin 11). Mereka meyakini bahwa Al-Qadian (tempat awal gerakan ini) sama dengan Madinah Al-Munawarah dan Mekkah Al-Mukarramah ; bahkan lebih utama dari kedua tanah suci itu, dan suci tanahnya serta merupakan kiblat mereka dan kesanalah mereka berhaji.
Mereka meyakini bahwa mereka adalah pemeluk agama baru yang indenpenden, dengan syarat yang indenpenden pula, seluruh teman-teman Mirza Ghulam Ahmad sama dengan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
KESIMPULAN
Ahmadiyah adalah kelompok sesat yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Aqidah (keyakinan) mereka berbeda dengan keyakinan agama Islam dalam segala hal. Kaum Muslimin perlu diperingatkan atas aktifitas mereka, setelah para ulama Islam memfatwakan bahwa kelompok ini kuffur.
[Disalin dari Majalah Fatawa Vol. 06. Th. II 1425H/2004M. Disusun dan dialihbahasakan Abu Asiah, Alamat Redaksi Islamic Center Bin Baz, Karanggayam, Sitimulyo, Piyungan, Bantul - Yogyakarta]
_______
Maraji’
[1]. Al-Mausu’ah Al-Muyassarah Fi Al-Adyan Wa Al-Madzahib Wa Al-Ahzab Al-mu’ashirah, oleh DR Mani’ Ibnu Hammad al-Jahani
[2]. Tabshir Al-Adhan bi Ba’di Al-Madzahib wa Al-Adyan, oleh Muhammad As-Sabi’i
Inilah diantara pemikiran yang sungguh menyeramkan itu …
Meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan.
Meyakini bahwa Allah berpuasa dan melaksanakan shalat, tidur dan mendengkur, menulis dan menyetempel, melakukan kesalahan dan berjimak. Mahatinggi Allah setinggi-tingginya dari apa yang mereka yakini.
Keyakinan Ahmadiyah bahwa tuhan mereka adalah Inggris, karena dia berbicara dengannya menggunakan bahasa Inggris.
Berkeyakinan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Mirza Ghulam Ahmad, dan memberikan wahyu dengan diilhamkan sebagaimana Al-Qur’an.
Menghilangkan aqidah/syariat jihad dan memerintahkan untuk mentaati pemerintah Inggris, karena menurut mereka pemerintah Inggris adalah waliyul amri (pemerintah Islam) sebagaimana tuntunan Al-Qur’an.
Seluruh orang Islam menurut mereka kafir sampai mau bergabung dengan Ahmadiyah. Seperti bila ada laki-laki atau perempuan dari golongan Ahmadiyah yang menikah dengan selain pengikut Ahmadiyah, maka dia kafir.
Membolehkan khamer, opium, ganja dan apa saja yang memabukkan.
Mereka meyakini bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi terus ada. Allah mengutus rasul sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Dan Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi yang paling utama dari para nabi yang lain.
Mereka mengatakan bahwa tidak ada Al-Qur’an selain apa yang dibawa oleh Mirza Ghulam Ahmad. Dan tidak ada Al-Hadits selain apa yang disampaikan di dalam majelis Mirza Ghulam Ahmad. Serta tidak ada nabi melainkan berada di bawah pengaturan Mirza Ghulam Ahmad.
Meyakini bahwa kitab suci mereka diturunkan (dari langit), bernama Al-Kitab Al-Mubin, bukan Al-Qur’an Al-Karim yang ada di tangan kaum muslimin 11). Mereka meyakini bahwa Al-Qadian (tempat awal gerakan ini) sama dengan Madinah Al-Munawarah dan Mekkah Al-Mukarramah ; bahkan lebih utama dari kedua tanah suci itu, dan suci tanahnya serta merupakan kiblat mereka dan kesanalah mereka berhaji.
Mereka meyakini bahwa mereka adalah pemeluk agama baru yang indenpenden, dengan syarat yang indenpenden pula, seluruh teman-teman Mirza Ghulam Ahmad sama dengan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
KESIMPULAN
Ahmadiyah adalah kelompok sesat yang tidak ada hubungannya dengan Islam. Aqidah (keyakinan) mereka berbeda dengan keyakinan agama Islam dalam segala hal. Kaum Muslimin perlu diperingatkan atas aktifitas mereka, setelah para ulama Islam memfatwakan bahwa kelompok ini kuffur.
[Disalin dari Majalah Fatawa Vol. 06. Th. II 1425H/2004M. Disusun dan dialihbahasakan Abu Asiah, Alamat Redaksi Islamic Center Bin Baz, Karanggayam, Sitimulyo, Piyungan, Bantul - Yogyakarta]
_______
Maraji’
[1]. Al-Mausu’ah Al-Muyassarah Fi Al-Adyan Wa Al-Madzahib Wa Al-Ahzab Al-mu’ashirah, oleh DR Mani’ Ibnu Hammad al-Jahani
[2]. Tabshir Al-Adhan bi Ba’di Al-Madzahib wa Al-Adyan, oleh Muhammad As-Sabi’i
Bahaya Syirik
Syirik memiliki kejelekan dan bahaya yang sangat banyak di antaranya sebagai berikut:
1. Merupakan kezhaliman yang terbesar.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’” (QS. Luqman: 13)
2. Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisaa’: 48)
3. Pelaku syirik haram masuk surga dan kekal di neraka.
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72)
4. Syirik menghapuskan seluruh amal.
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 88)
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS. Az Zumar: 65)
5. Pelaku syirik halal darah dan hartanya (diperangi).
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At Taubah: 5)
6. Syirik merupakan dosa besar yang terbesar.
“Maukah aku beritahukan tentang dosa besar yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Nabi bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada orang tua?” (HR. Bukhari Muslim)
sumber : muslim.or.id, Penulis: Ust. Abu Isa Abdullah bin Salam
1. Merupakan kezhaliman yang terbesar.
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.’” (QS. Luqman: 13)
2. Allah tidak akan mengampuni dosa syirik.
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. An Nisaa’: 48)
3. Pelaku syirik haram masuk surga dan kekal di neraka.
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam”, padahal Al Masih (sendiri) berkata: “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu” Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” (QS. Al Maidah: 72)
4. Syirik menghapuskan seluruh amal.
“Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al An’am: 88)
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.’” (QS. Az Zumar: 65)
5. Pelaku syirik halal darah dan hartanya (diperangi).
“Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At Taubah: 5)
6. Syirik merupakan dosa besar yang terbesar.
“Maukah aku beritahukan tentang dosa besar yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Tentu wahai Rasulullah.” Nabi bersabda: “Syirik kepada Allah, durhaka kepada orang tua?” (HR. Bukhari Muslim)
sumber : muslim.or.id, Penulis: Ust. Abu Isa Abdullah bin Salam
Jangan Kau Rusak Amalmu …
Wahai saudaraku, jangan engkau rusak amalmu ….
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)
Allah ta’ala juga berfirman,
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Sungguh telah diwahyukan kepadamu dan kepada orang-orang sebelummu: Sungguh, apabila kamu berbuat syirik pasti akan terhapus seluruh amalmu dan kamu benar-benar akan termasuk golongan orang-orang yang merugi.” (QS. Az Zumar: 65)
Waspada, Waspada … Bahaya Perdukunan
Seorang lelaki paruh baya berpenampilan lusuh dengan rambut terurai tak rapi, muncul dan berkata, “Anda ingin tahu keberuntungan Anda di masa depan?” “Ketik Reg(spasi)Weton kirim ke 9999.”
Ilustrasi di atas adalah contoh iklan yang memanfaatkan teknologi HP yang beredar di TV akhir-akhir ini. Ada yang bermodel tanggal lahir seperti disebut di atas, ada yang menggunakan primbon, ada ramalan bintang dan lain sebagainya. Pelakunya pun bermacam-macam; ada Ki Joko Bodo, Mbah Roso, ada juga Mama Lauren, dan masih banyak lagi. Dalam pandangan syariat Islam pelaku semua itu dinamakan dukun atau peramal.
Nah, sebenarnya bagaimana hakikat perdukunan ?
Perdukunan, yaitu menerka-nerka dan mencari hakikat dengan perkara-perkara yang tidak ada dasarnya.
Perdukunan di masa jahiliyah disandarkan kepada suatu kaum yang dihubungi oleh para setan yang mencuri pembicaraan dari langit dan menceritakan apa yang didengarnya kepada mereka. Kemudian mereka menceritakan hal itu kepada manusia.
Dukun adalah orang yang menceritakan tentang perkara-perkara ghaib di masa yang akan datang.
Orang yang datang kepada dukun/peramal lalu bertanya kepadanya dengan tanpa mempercayainya maka tidak diterima shalatnya selama 40 malam, “Barangsiapa yang datang kepada peramal lalu bertanya kepadanya tentang suatu perkara, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari atau 40 malam.” (Riwayat Muslim)
Orang yang datang kepada dukun lalu bertanya kepadanya dan mempercayai apa yang diberitakannya, maka ini merupakan kekafiran kepada Allah. Karena ia mempercayai bahwa sang dukun mengetahui perkara gaib, “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65). ” Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad. ” (Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Hendaknya kita menjauhi segala bentuk kesyirikan yang akan menjerumuskan seseorang ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Di antara bentuk kesyirikan yang sekarang sedang beredar luas di layar TV adalah program SMS yang diadakan oleh para dukun dan peramal di negeri kita. Maka berhati-hatilah terhadap mereka. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari bahaya kesyirikan. Wallahu a’lam bishawab.
Dinukil dari majalah nikah
Ilustrasi di atas adalah contoh iklan yang memanfaatkan teknologi HP yang beredar di TV akhir-akhir ini. Ada yang bermodel tanggal lahir seperti disebut di atas, ada yang menggunakan primbon, ada ramalan bintang dan lain sebagainya. Pelakunya pun bermacam-macam; ada Ki Joko Bodo, Mbah Roso, ada juga Mama Lauren, dan masih banyak lagi. Dalam pandangan syariat Islam pelaku semua itu dinamakan dukun atau peramal.
Nah, sebenarnya bagaimana hakikat perdukunan ?
Perdukunan, yaitu menerka-nerka dan mencari hakikat dengan perkara-perkara yang tidak ada dasarnya.
Perdukunan di masa jahiliyah disandarkan kepada suatu kaum yang dihubungi oleh para setan yang mencuri pembicaraan dari langit dan menceritakan apa yang didengarnya kepada mereka. Kemudian mereka menceritakan hal itu kepada manusia.
Dukun adalah orang yang menceritakan tentang perkara-perkara ghaib di masa yang akan datang.
Orang yang datang kepada dukun/peramal lalu bertanya kepadanya dengan tanpa mempercayainya maka tidak diterima shalatnya selama 40 malam, “Barangsiapa yang datang kepada peramal lalu bertanya kepadanya tentang suatu perkara, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari atau 40 malam.” (Riwayat Muslim)
Orang yang datang kepada dukun lalu bertanya kepadanya dan mempercayai apa yang diberitakannya, maka ini merupakan kekafiran kepada Allah. Karena ia mempercayai bahwa sang dukun mengetahui perkara gaib, “Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang gaib, kecuali Allah.” (An-Naml: 65). ” Barangsiapa mendatangi dukun lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kafir kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad. ” (Riwayat At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Hendaknya kita menjauhi segala bentuk kesyirikan yang akan menjerumuskan seseorang ke dalam neraka dan kekal di dalamnya. Di antara bentuk kesyirikan yang sekarang sedang beredar luas di layar TV adalah program SMS yang diadakan oleh para dukun dan peramal di negeri kita. Maka berhati-hatilah terhadap mereka. Semoga Allah senantiasa melindungi kita dari bahaya kesyirikan. Wallahu a’lam bishawab.
Dinukil dari majalah nikah
Syirik Menggugurkan Seluruh Amal
Posted by admin
Orang yang dalam hidupnya banyak melakukan amal sholeh seperti sholat, puasa, shodaqoh dan lainnya, namun apabila dalam hidupnya ia berbuat syirik akbar dan belum bertaubat sebelum matinya, maka seluruh amalnya akan terhapus. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan jika seandainya mereka menyekutukan Alloh, maka sungguh akan hapuslah amal yang telah mereka kerjakan.” [Al- An'am: 88]
Begitu besarnya urusan ini, hingga Alloh Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam,
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu Jika kamu mempersekutukan Alloh, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az Zumar: 65).
Para Nabi saja yang begitu banyak amalan mereka diperingatkan oleh Alloh terhadap bahaya syirik, yang apabila menimpa pada diri mereka maka akan menghapuskan seluruh amalnya, lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita merasa aman dari bahaya kesyirikan?
Oleh karena itu beruntunglah orang-orang yang menyibukkan diri dalam mempelajari masalah tauhid (lawan dari syirik) dan syirik agar bisa terhindar sejauh-jauhnya, serta merugilah orang-orang yang menyibukkan dirinya dalam masalah-masalah yang lain atau bahkan menghalang-halangi dakwah tauhid!!
Orang yang dalam hidupnya banyak melakukan amal sholeh seperti sholat, puasa, shodaqoh dan lainnya, namun apabila dalam hidupnya ia berbuat syirik akbar dan belum bertaubat sebelum matinya, maka seluruh amalnya akan terhapus. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya,
“Dan jika seandainya mereka menyekutukan Alloh, maka sungguh akan hapuslah amal yang telah mereka kerjakan.” [Al- An'am: 88]
Begitu besarnya urusan ini, hingga Alloh Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam,
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu Jika kamu mempersekutukan Alloh, niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (Az Zumar: 65).
Para Nabi saja yang begitu banyak amalan mereka diperingatkan oleh Alloh terhadap bahaya syirik, yang apabila menimpa pada diri mereka maka akan menghapuskan seluruh amalnya, lalu bagaimana dengan kita? Apakah kita merasa aman dari bahaya kesyirikan?
Oleh karena itu beruntunglah orang-orang yang menyibukkan diri dalam mempelajari masalah tauhid (lawan dari syirik) dan syirik agar bisa terhindar sejauh-jauhnya, serta merugilah orang-orang yang menyibukkan dirinya dalam masalah-masalah yang lain atau bahkan menghalang-halangi dakwah tauhid!!
MENGENAL MALAIKAT & TUGASNYA
Posted on April 2, 2007 by admin
Berikut ini nama beberapat malaikat-malaikat Allah Ta’ala beserta tugas-tugasnya :
Jibril. Adalah malaikat yang diberikan amanat untuk menyampaikan wahyu, turun membawa petunjuk kepada Rasul agar disampaikan kepada umat. “Aku melihatnya (Jibril) turun dari langit, tubuhnya yang besar menutupi antara langit sampai bumi” (HR. Muslim). Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melihat jibril memiliki enam ratus sayap (HR. al Bukhari)
Mika-il. Bertugas mengatur hujan dan tumbuh-tumbuhan dimana semua rizki di dunia ini berkaitan erat dengannya. “Barangsiapa menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mika-il, maka sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 98)
Israfil. Bertugas meniup sangkakala atas perintah Rabb-nya dengan tiga kali tiupan. Pertama adalah tiupan keterkejutan, tiupan kedua adalah tiupan kematian dan tiupan ketiga adalah tiupan kebangkitan.
Malik. Penjaga neraka. “Mereka berseru, ‘Hai Malik, biarlah Rabb-mu membunuh kami saja’. Dia menjawab, ‘Kamu akan tetap tinggal (di Neraka ini)’. Sesungguhnya Kami telah membawa kebenaran kepada kamu tetapi kebanyakan diantara kamu benci kepada kebenaran itu” (QS. Az Zukruf : 77-78)
Ridhwan. Penjaga Surga.
Munkar dan Nakir. “Tatkala orang yang mati telah dikubur, datanglah kepadanya dua malaikat yang hitam kebiruan, salah satu diantara keduanya dinamakan Munkar dan yang lainnya dinamakan Nakir” (HR. Tirmidzi)
Harut dan Marut. Keduanya termasuk malaikat yang namanya tertulis di dalam al Qur’an. “Padahal Sulaiman tidak kafir (mengerjakan sihir), hanya syaithan-syaithan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri Babil, yaitu Harut dan Marut” (QS. Al Baqarah : 102)
Ar Ra’d. Bertugas mengatur awan. Mereka bertanya, ‘Beritahukan kepada kami tentang ar Ra’d, apakah itu ?’. Beliau menjawab, ‘Salah satu malaikat yang diserahi tugas untuk mengatur awan’” (HR. an Nasai, dihasankan oleh Syaikh al Albani)
‘Izra-il. Penamaannya dengan malaikat maut tidak disebutkan dengan jelas di dalam al Qur’an maupun hadits-hadits yang shahih. Adapun penamaan dirinya dengan ‘Izrail terdapat di sebagian atsar. WallaHu a’lam. (al Bidaayah wan Nihaayah I/42)
Raqib dan ‘Atid. Sebagian ulama menjelaskan bahwa diantara malaikat ada yang benama Raqib dan ‘Atid. “Maa yalfizhu min qaulin illaa ladayHi raqiibun ‘atiidun” yang artinya “Tidak suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf : 18). Namun demikian pendapat ini tidak benar, wallaHu a’lam. Keduanya hanya sifat bagi dua malaikat yang mencatat perbuatan hamba. Makna Raqib dan ‘Atid ialah dua malaikat yang hadir, menyaksikan di dekat hamba, bukan dua nama dari dua malaikat (al Bidaayah wan Nihaayah I/35-49) Sumber : Memasuki Dunia Malaikat, Shalahuddin Maqbul Ahmad, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Syawwal 1427 H/November 2006
Sabtu, 21 Mei 2011
Susunan Pengurus DKM Al Hidayah
SUSUNAN PENGURUS DEWAN KEMAKMURAN
MUSHALLA AL-HIDAYAH
- KETUA : KHUMRONI
- SEKRETARIS : NURHADI
- BENDAHARA : SUSANTO
- SEKSI DA'WAH / PHBI : SYUKUR AMINUDDIN
- SEKSI PEMBANGUNAN : DENNI MARDIONO , MARDIYANTO., ENUH YULIANTO. SUSENO
- SEKSI PERLENGKAPAN : SUPRIYONO, DEDDI SUPRIADI
- HUMAS : TORIS, ENDI PURNAMA, MARGA SETIAWAN
- HUMAS : TUGIYO
Jumat, 20 Mei 2011
Langganan:
Postingan (Atom)